Sudah bukan hal yang asing bahwa tanaman juga membutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sementara penggunaan pestisida kimia telah banyak mengurangi kestabilan ekosistem mikroorganisme yang berada dalam tanah maupun yang berada dalam lingkungan lainnya. Untuk itu kita perlu menambahkan mikroorganisme tersebut untuk membantu proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya kita.
Pada kesempatan kali ini sedikit mencoba melakukan eksplorasi referensi walau tanpa foto bukti tentang pemanfaatan urine sebagai pupuk pada tanaman budidaya. Namun sebelum dibahas lebih lanjut, saya sedikit membahas kandungan yang terdapat pada urine tersebut. Urine memiliki kandungan yang cukup lengkap dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman, kandungan tersebut antara lain :
- Asam Klorida
- Asam Sulfat
- Sodium
- Nitrogen
- Fosfor
- Potasium
- Kreatin
Mungkin akan sedikit ada pertanyaan tentang urine apa yang bisa dijadikan pupuk. Tentu saja semua jenis urine dapat dijadikan sebagai pupuk. Silahkan temukan berbagai referensi tentang pemanfaatkan urine dan jurnal tentang kandungan dari masing-masing urine tersebut baik berupa urine kelinci, kerbau, sapi, kuda, bahkan urine manusia. Yang jelas urine harus bersih sehingga saat aplikasi tidak mengalami gangguan pada sprayer yang dipergunakan, karena dari beberapa referensi urine lebih sering dipergunakan sebagai pupuk daun melalui penyemprotan, walau dipergunakan untuk sistem kocor untuk pemupukan pada tanah juga bisa dilakukan.
Pada kasus ini saya memanfaatkan urine manusia (notabene urine sendiri) yang saya kumpulkan sedikit demi sedikit dan setelah dirasa cukup baru dilakukan pada proses selanjutnya membuat pupuk dari urine. Setelah beberapa hari dan terkumpul kurang lebih 5 liter urine yang dikumpulkan pada jerigen, saya lanjutkan dengan mencampur urine tersebut dengan air leri (air cucian beras) dengan perbandingan 1:1. Penambahan sedikit molase dan beberapa kepal nasi putih dimasukkan dalam jerigen 10 liter, kemudian ditutup rapat kurang lebih satu minggu (fermentasi).
Selama proses penyimpanan harus dilakukan kontrol agar wadah tidak meledak atau tutup wadah terhempas entah kemana, karena selama proses fermentasi dapat saja timbul gas dan menjadikan tekanan yang mampu melepaskan tutup jerigen atau memecahkan jerigen. Setelah fermentasi seminggu, urine pupuk siap diaplikasikan dengan dosis yang saya pergunakan 1 liter urine untuk satu tangki sprayer 16 liter. Bahkan saat aplikasi saya juga menambahkan sedikit pupuk urea dengan dosis 3-10 sendok makan untuk satu tangki. Hasilnya lumayan bagus dengan teknik spray atau kerennya disebut Foliar Feeding dan dilakukan pada saat matahari tidak sedang terik atau maksimal jam 10 pagi sudah selesai penyemprotan atau dilakukan sore harinya selepas ashar. Hal tersebut dilakukan rutin setiap minggu.
Apakah anda tertarik untuk memanfaatkan urine anda sebagai pupuk, atau anda malah merasa jijik untuk mengaplikasikannya? Anda yang berhak memilih untuk melakukannya, namun jika anda memiliki dana yang cukup alangkah baiknya untuk membeli produk yang sudah memiliki uji lab dan banyak testimoni dari penggunanya walau sangat mungkin bahan yang dipergunakan tidak jauh beda dengan yang saya uraikan diatas. Sebagai penutup artikel kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan para sahabat untuk mengunjungi Blog CITRO MDURO dan membaca tulisan yang bertajuk Memanfaatkan Urine Sebagai Alternatif Organik Fertilizer, walaupun bukan tulisan insiratif dan kurang inovatif yang dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca ataupun anda lewat karena tersasar dan terdampar pada tulisan Memanfaatkan Urine Sebagai Alternatif Organik Fertilizer. Kami sangat berterima kasih karena anda sudah berkenan walaupun mungkin sangat terpaksa. Silahkan tinggalkan jejak anda untuk menjalin silaturahmi, atau temukan yang anda cari tentang Memanfaatkan Urine Sebagai Alternatif Organik Fertilizer dan salam jabat erat dari PAMEKASAN MADURA