23 Apr 2024

Makro Primer dan Sekunder Penyusun Amino Dasar

thiourea - citro mduroEntah apakah saya masih mengingat formula tentang Amonium Thiosianat (THIOUREA)? Sebuah formula sederhana namun memberikan efek yang nampak dan cukup luar biasa dengan penggunaan mulai dari kisaran 1000 sampai dengan 10.000 ppm pekatan yang tidak jelas berapa persen kandungan didalamnya. Karena hanya bermodalkan asam sulfat (H2SO4) atau lebih mudah dengan membeli air aki zur di bengkel motor. 1 botol kurang lebih berisi 500 ml dengan harga sekitar lima ribu rupiah dapat di sulap menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi tanaman yang kita budidayakan. Hasil dari aplikasi racikan tersebut juga menjadikan tanaman yang pernah saya uji coba memiliki daun yang bersih mengkilap (glowing) dan bukan sekedar seperti baju baru.

Saya tidak akan membahas tentang formula tersebut secara mendetail, terlebih lagi harus menggunakan persamaan rumus kimia dengan takaran yang bikin ribet dan sedikit memusingkan, jika ingat waktu itu di PERTANUSA dikenal dengan angka-angka cantik. Bukan perhitungan berapa nila asuransi yang harus dibayarkan dan berapa yang akan diterima. Saya mencoba menerapkannya dengan metode sederhana dan yang jelas tidak presisi secara hitungan, namun insya allah akan tetap memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap tanaman yang kita budidayakan. Anda boleh percaya juga boleh tidak, tidak ada paksaan tentang hal tersebut. Pada tulisan tentang amonium thiosianat tersebut saya juga memberikan sedikit testimoni hasil aplikasi yang saya lakukan dengan murni hanya mempergunakan racikan tersebut untuk menyemprot tanamn uji coba tersebut yang menampakkan perkembangan yang cukup signifikan dan penampakan yang baik menurut saya. Silahkan bagi yang penasaran mungkin baru pertama kali berjumpa dengan CITROSBLOG yang berisi tulisan ala kadarnya walau kadar yang tidak dapat diukur tingkap prosentasenya dapat mengunjungi link pada bagian awal tulisan kali ini atau bisa memanfaatkan fitur pencarian blog dengan kata kunci yang dimaksudkan.

Biar tidak susah dengan istilah saya bisa menyebutnya dengan urea sulfat, atau urea belerang, atau mungkin istilah lainnya Nitrogen Sulfur. Membuatnya cukup mudah, dosisnya juga bisa dikatakan rendah dan dapat menghemat biaya pupuk, namun harus jangan fokus pada satu jenis pupuk. Tanaman budidaya tetap membutuhkan makanan yang komplit dan komplek baik makro maupun mikro. Unsur apa saya yang termasuk unsur makro, dan apa saja yang dibutuhkan dalam jumlah kecil bisa kurang dari 1000 ppm dalam setiap aplikasi. kita bisa memanfaatkan teknologi dalam genggaman untuk mendapatkan informasi tersebut. Atau jika kita malas untuk meraciknya, kita dapat memanfaatkan pupuk yang mudah dan murah dengan harga terjangkau, pupuk tersebut biasanya mudah didapatkan di toko pertanian dengan lebih dikenal dengan pupuk ZA. Kandungan pupuk ZA tidak berbeda dengan racikan yang saya maksudkan yaitu nitrogen dan sulfur. Slogan lama kembali saya ingat, jika ada yang sulit kenapa dipermudah.

Sepertinya juga sudah terlalu berbelit belit bagaikan hitungan suku bunga rentenir saja yang berputar kesana kemari yang ujung-ujungnya hanya menambah jumlah karakter tulisan saja dan tetap membingungkan.

Secara singkat 1 botol air aki zur kurang lebih 500 ml dicampurkan dengan 100 gr urea, kurang lebih setengah gelas air mineral. Campurkan dan kocok sampai semua urea terlarut dengan sempurna yang ditandai tidak ada sisa urea yang masih berupa butiran. Yang tersisa hanya cairan tanpa bahan lain yang berubah agak kemerahan jika mempergunakan urea subsidi. Untuk dosis aplikasi bisa dimulai dengan 1 sendok makan untuk 2 liter air, insya allah aman. Untuk hasil yang lebih baik lagi dan memiliki fungsi yang lebih komplek bisa ditambahkan gula pasir, gula donat sejumlah urea pada takaran tadi. Campurkan sampai semua bahan tercampur menjadi cairan yang tidak terdapat bahan butiran yang mengambang ataupun pada dasar wadah. Setelah ditambahkan gula dan tercampur dengan baik, diamkan beberapa jam, atau tinggal saja dan lihat keesokan harinya. Larutan cairan tersebut biasanya akan berubah menjadi warna hitam. Tekstur agak licin, coba celupkan jari dan rasakan kelicinannya.

Entah bagaimana proses reaksi kimianya, namun secara logika dan pemahaman yang saya dapatkan, penambahan gula sebagai sumber nutrisi tanaman akan memberikan peningkatan kadar karbohidrat pada hasil panen. Gula sebagai salah satu sumber karbohidrat dan merupakan amino paling sederhana dengan unsur CHO yang menjadi penyusun tanaman bahkan penyusun bagian tubuh manusia. Dengan keseimbangan unsur yang terkandung dalam bagian tanaman, anti bodi serta kemampuan bertahan terhadap serangan akan meningkat sehingga tanaman bisa bertahan terhadap serangan hama. Tentu juga harus didukung dengan unsur lain yang bisa didapat dari pupuk lainnya atau dari bahan lain seperti yang lebih dikenal dengan organik. Karena saya secara pribadi lebih memilih yang mudah dan murah serta nampak perubahannya per fase dengan sedikit memahami konsep sederhananya saja.

Konsep sederhana yang saya pahami pada makro sekunder (NPK) yang dibutuhkan tanaman perfase. Untuk fase awal, atau fase pembentukan seperti pada semaian. Unsur P dibutuhkan lebih banyak dibandingkan unsur N dan K. Sementara pada masa pertumbuhan dan perkembangan, Unsur N lebih banyak dari usur P dan K. Sebagai peralihan fase, kombinasi N dan K tinggi dibanding P akan memberikan dampak perubahan peralihan fase yang baik, misal dari fase vegetatif menuju generatif. Dengan pemberian nutrisi dengan kandungan unsur N dan K yang lebih tinggi dibandingkan dengan P akan mempercepat masa peralihan tersebut. Menurut grup pertanian yang saya ikuti, pola yang dipergunakan adalah 313. Pola ini juga bisa dipergunakan untuk mematangkan buah.

Pada fase generatif, atau pembungaan, unsur P dan K mendominasi dibandingkan unsur N. Pola yang dikenal 155. Pola ini sampai bakal buah terbentuk dan bisa dislanjutkan dengan pembesaran buah. 213 dan terus meningkatkan konsentrasi Kalium untuk memperbesar buah dan meningkatkan kualitas buah. Banyak pupuk NPK yang sudah berpola seperti pupuk growmore atau gandasil. Dan dari hasil praktek kualitas buah juga baik, kualitas panen juga baik dilidah dan dipenyimpanan yang tidak terlalu lama sebetulnya karena secara kwantitas hasil panen juga tidak seberapa. Sebagian besar petani, terutama petani padi hanya banyak lebih fokus pada unsur N untuk daerah saya. Urea pada pemupukan awal dan sebagian pada pemupukan terakhir mempergunakan pupuk ZA, tapi hal tersebut bukan hal yang keliru. BUktinya para petani konvensional juga bisa memanen tanaman yang mereka budidayakan. Sementara saya hanya berteori tidak langsung eksekusi. he he he he.

Tapi itulah kehidupan yang beragam, ada yang hanya bisa berbicara teori, ada yag mengerti teori dan mempraktekkan, ada yang praktek tidak memperdulikan teori, ada pula yang hanya menulis berdasarkan informasi yang tidak dapat dijelaskan kepastian sumbernya. Mainkan makro mikro komplit, tingkatkan CHO, perkaya mikroba pada lahan. Insya allah akan menghasilkan tanaman yang memilik figor yang baik, tanaman yang bagus dan hasil panen yang baik juga. Kalkulasikan biaya dan hasil panen, walau tidak segalanya harus dikonversi pada keuntungan semata. Terkadang ada yang dapat dipanen dari apa yang kita tanam, sudah merupakan kebahagiaan yang luar biasa, dan salam NGELANTUR Sebagai penutup artikel kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan para sahabat untuk mengunjungi Blog CITRO MDURO dan membaca tulisan yang bertajuk Makro Primer dan Sekunder Penyusun Amino Dasar, walaupun bukan tulisan insiratif dan kurang inovatif yang dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca ataupun anda lewat karena tersasar dan terdampar pada tulisan Makro Primer dan Sekunder Penyusun Amino Dasar. Kami sangat berterima kasih karena anda sudah berkenan walaupun mungkin sangat terpaksa. Silahkan tinggalkan jejak anda untuk menjalin silaturahmi, atau temukan yang anda cari tentang Makro Primer dan Sekunder Penyusun Amino Dasar dan salam jabat erat dari PAMEKASAN MADURA

Posting Komentar