Teringat masa kecil lalu dengan salah satu istilah dalam bahasa Madura “Mathasan Kamalengan Egubang Dhari Budih”. Kurang lebihnya begitulah ungkapan tersebut yang kerap didengar dan diucapkan menjelang hari raya idul fitrih.
Sepertinya sudah merupakan hal yang lazim, hari raya identik dengan baju baru, sepatu baru, celana baru, dan semua serba baru. Tapi dulu sewaktu kecil asal sudah ada baju baru sudah luar biasa. Yang penting hari raya ada baju baru sebagai ganti “Asalenan”.
“Tellasan Tak Aselesan Kalambi Se Bilen Elih Belih”. Hari raya tak ada baju baru, baju yang lama di pakai kembali. Masa kecil dulu Alhamdulillah meskipun hanya sekedar selembar baju baru masih tiap tahun mendapatkan jatah dari orang tua. Istilah tersebut tidak berlaku untuk saya, walau ada juga teman sebaya waktu yang “Tellasan Kamalengan” Hari Raya Tak ada baju baru.
Masa kecil dulu menunggu datangnya hari raya seakan lama sangat. Seminggu seakan sangat lamban untuk dilalui menunggu datangnya hari raya, pakai baju baru, berangkat kemasjid untuk ikutan sholat ied dengan baju yang serba baru dan serba kebahagiaan di hari raya karena penuh kue dan makanan yang enak.
Waktupun terus berputar, kebiasaan itu sepertinya harus pula ditinggalkan meskipun secara tidak langsung menjadi warisan bagi anak-anak. Beberapa waktu lalu sisulung sudah menghitung hari datangnya hari raya. Menghitung hari tersebut sudah dapat ditangkap bahwa baju baru akan segera dibelikan.
He.. he… namanya juga anak-anak, tak jauh beda dengan masa saya anak-anak dahulu. Namun lebaran kali ini bukan menjadi masalah sekalipun Mathasan Kamalengan, dan Alhamdulillah pertanyaan anak-anak sudah terjawab untuk merayakan hari raya dengan baju baru mereka sekalipun puasa yang dilakukan hanya sampai bedug dhuhur, bahkan makan sahur bareng, tapi paginya udah minta sarapan pagi.
Subhanallah, karuna Allah tidak pernah di duga dan sungguh luar biasa. Uang sebesar 200 ribu sangat berarti demi membelikan baju baru anak-anak yang tidak seberapa, sekalipun harus mengalah dengan baju tahun lalu yang dipakai kembali. Semoga tetap mendapatkan khidmat idul fitrih sekalipun tanpa baju baru. Semoga Allah memberikan suasana hati yang lebih baru dan lebih cerah dari warna baju baru. Aamiin….
Sebagai penutup artikel kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan para sahabat untuk mengunjungi Blog CITRO MDURO dan membaca tulisan yang bertajuk Mathasan Kamalengan Egubang Dhari Budih, walaupun bukan tulisan insiratif dan kurang inovatif yang dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca ataupun anda lewat karena tersasar dan terdampar pada tulisan Mathasan Kamalengan Egubang Dhari Budih. Kami sangat berterima kasih karena anda sudah berkenan walaupun mungkin sangat terpaksa. Silahkan tinggalkan jejak anda untuk menjalin silaturahmi, atau temukan yang anda cari tentang Mathasan Kamalengan Egubang Dhari Budih dan salam jabat erat dari PAMEKASAN MADURA
27 Jul 2014
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Populer
-
Hanya sebuah judul lagu. Tidak semua orang mengenal lagu yang berjudul Ancor Pessenah Tellor . Sebuah judul lagu dangdut yang pernah popular...
-
Sinonim merupakan persamaan kata, begitu kira-kira istilah dalam bahasa yang pernah saya pelajari walau tidak terlalu melekat kuat dalam mem...
-
Water Soluble. Padahal untuk mengetikan frase awal tersebut harus membuka penerjemah terlebih dahulu untuk mengetahui Larut dalam air secar...
-
Masih tentang seputar racik meracik pupuk dengan pola sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman yang alhamdulillah pada saat ini diberikan kese...
-
Hembusan angin yang cukup kencang menciptakan suasana yang cukup dingin di daerah dataran tinggi kabupaten Pamekasan. Dingin terasa walau ta...