1 Jun 2022

Belajar Memahami Konsep Nano Fertilizer

Nano FertilizerAlhamdulillah mengawali pertengahan tahun dengan limpahan rahmat sehat dan sempat untuk menyapa para pembaca yang mungkin saja ada peminat tulisan yang dituangkan dalam untaian kata dalam CITRO MDURO BLOGS. Pada update posting sebelumnya sempat sedikit membahas tentang Nano Urea Fertilizer meskipun ulasan tersebut sebatas perombakan kata kunci yang diharapkan dapat meningkatkan trafik dan kunjungan laman ini. Sedikit mengingat kebiasaan beberapa waktu yang lalu membidik kata kunci yang diperkirakan dapat memberikan hasil yang lebih baik untuk perkembangan halaman blog ini walaupun tidak seberapa. Dengan memanfaatkan google trends untuk mendapatkan trending topiknya apakah hal tersebut bisa dimanfaatkan, serta bantuan pencarian google untuk mendapatkan kata kunci pencarian yang relevan dan memiliki keterkaitan. 

Meracik rangkaian kalimat dalam sebuah postingan blog dengan mengkombinasikan beberapa kata kunci yang memiliki keterkaitan berupaya disebarkan secara merata dalam setiap paragraf yang dihasilkan, karena berdasarkan hasil pencarian Nano urea fertilizer price tergolong mahal dibandingkan dengan pupuk urea biasa dipergunakan para petani secara umum. Perlu dipertimbangkan biaya pembelian pupuk serta tambahan biaya operasional yang dibutuhkan untuk aplikasi Nano Urea Liquid Fertilizer tersebut. Tentu saja dalam proses aplikasi tidak seperti pupuk tabur yang bisa diaplikasikan dalam model 2 sampai dengan 3 kali pemupukan.

Sementara kalau mempergunakan Urea cair dalam ukuran nano dibutuhkan aplikasi rutin, hal tersebut karena pupuk yang diberikan sebagai nutrisi tanaman diberikan melalui stomata daun dalam konsentrasi yang cukup dan mengalami proses fast release serta tingkat penguapan yang cukup tinggi. Untuk itu penggunaan perekat waktu aplikasi Nano Urea Fertilizer cukup dibutuhkan agar cairan yang disemprotkan halus pada bagian darun tanaman tidak mudah terlepas dan menguap.

Pertanyaan petani awam secara umum, sama halnya dengan yang terlintas dalam benak saya. Bisakah Nano Fertilizer tersebut diolah atau diproses secara mandiri oleh para petani sehingga akan lebih menghemat biaya pembelian pupuk yang beredar dipasaran dengan harga yang cukup murah bagi mereka yang memiliki modal besar dan sangat mahal bagi para petani secara umum.

Berdasarkan logika berpikir saya hal tersebut bisa dilakukan dan diperlukan kreatifitas dari petani untuk menciptakan pupuk yang jauh lebih murah namun dapat memberikan hasil maksimal. Memanfaatkan proses fermentasi menurut logika saya bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk mendapatkan pupuk cair yang terpecah dalam ukuran nano. Dengan memanfaatkan mikroba seadanya saya yakin, insya allah pupuk cair berkualitas dan disesuaikan dengan fase tanaman dapat diperoleh dengan harga terjangkau walau presisi kandungan tidak tepat presisi seperti yang dilakukan melalui proses teknologi canggih dan hasil penelitian laboratorium.

Yang pernah saya lakukan adalah fermentasi NPK 16:16:16. 1 Kg NPK origin rusia, dilarutkan dengan bantuan 1 botol air aki. Biarkan sampai menjadi bubur atau sampai gelembung tidak tampak (sepemahaman saya NPK larut sebagian dengan asam).

Selanjutnya setelah bubur NPK telah siap tambahkan air kapur agar pH sedikit ada kenaikan, tambahkan unsur makro dan mikro yang dibutuhkan atau yang tersedia, tambahkan unsur CHO (dalam hal ini saya mempergunakan gula pasir) kurang lebih 100 gr. Selanjutnya saya tambahkan MOL akar bambu (bisa dikatakan nitrobacter) dengan pH kisaran 8 sedikit demi sedikit karena dalam proses penambahan mol tersebut terbentuk gelembung yang cukup kuat dan bisa menyebabkan larutan dalam wadah tumpah. Sambil dilakukan pengadukan perlahan, penambahan MOL diteruskan sampai target toal larutan mencapai 5 liter atau pH berada pada posisi diatas angka 6,5. Silahkan cek ppm setelah larutan tenang untuk perbandingan awal, kemudian lakukan cek ulang pH serta ppm seminggu kemudian. Bisa dilakukan penambahan oksigen dengan bantuan alat atau langsung ditutup rapat. Bebas suka-suka sesuai selera. 

Logika saya karena terjadi peningkatan ppm setelah 1 minggu proses fermentasi, mineral yang terdapat dalam larutan bisa dikatakan meningkat walau jumlahnya tidak bertambah sehingga dalam pembacaan alat ppm meter mengalami perubahan. Untuk aplikasi saya mempergunakan tolak ukur ppm kisaran 2500 sampai dengan 4000 ppm untuk aplikasi spray, dan hasil alhamdulillah tidak kalah saing dengan lahan tetangga yang menghabikan pupuk hitungan kwintal walau target panen masih dibawah standar SOP pertanian yang lazim. Hasil panen padi berada pada kisaran 5 ton per hektar, dan masih termasuk standar dan harus tahan cibiran dengan perlakuan turun lahan setiap minggu masih setara dengan lahan tetangga yang kurang dari 7 kali dituruni lahannya.

Untuk pestisida sudah 3 kali tanam, alhamdulillah saya belum pernah menurunkan pestisida pada tanaman padi untuk mengatasi serangan serangga karena alhamdulillah bisa dikatakan bebas dari serangan serangga dan jamur seperti blas dan kresek.
Sebagai penutup artikel kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan para sahabat untuk mengunjungi Blog CITRO MDURO dan membaca tulisan yang bertajuk Belajar Memahami Konsep Nano Fertilizer, walaupun bukan tulisan insiratif dan kurang inovatif yang dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca ataupun anda lewat karena tersasar dan terdampar pada tulisan Belajar Memahami Konsep Nano Fertilizer. Kami sangat berterima kasih karena anda sudah berkenan walaupun mungkin sangat terpaksa. Silahkan tinggalkan jejak anda untuk menjalin silaturahmi, atau temukan yang anda cari tentang Belajar Memahami Konsep Nano Fertilizer dan salam jabat erat dari PAMEKASAN MADURA

Posting Komentar