Alhamdulillah masih diberikan Nikmat sehat sehingga dapat melanjutkan kegiatan menuliskan sesuatu yang ingin dituliskan walau mungkin sangat tidak terstruktur secara tata cara penulisan maupun susunan bahasa yang dipergunakan. Tak banyak yang ingin diceritakan sebetulnya melalui tulisan ini walau pada kenyataannya apa yang dituliskan bukan sesuatu yang menjadi cerita dan dibaca oleh orang lain, tulisan menjadi sekedar tulisan tanpa pembaca. Tapi paling tidak masih ada kegiatan untuk melatih jari jemari memainkan tuts keyboard dan melatih otak untuk merangkaikan kata, merumuskan kata-kata tersebut dalam kalimat yang bisa jadi adalah susunan frasa yang tidak beraturan.
Entah beberapa waktu lalu sedikit ulasan tentang pemanfaatan limbah dapur sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan dan pertanian. Pemanfaatan limbah tersebut sampai saat ini masih dalam proses yang berlangsung secara alami tanpa bantuan tangan manusia, karena Allah SWT telah menciptakan makhluk yang kasat mata untuk melakukan proses tersebut yang dikenal dengan bakteri maupun mikroba. Sunggu Maha Besar Allah dengan segala ciptaannya dengan menciptakan sesuatu yang tidak dapat terlihat oleh kasat mata namun dapat melakukan suatu hal yang luar biasa, yaitu mengurai unsur-unsur yang ada di alam menjadi unsur yang lebih sederhana dan lebih bermanfaat, salah satunya yang marak dibicirakan dalam dunia kesehatan, rumah tangga, dan juga pertanian adalah ECO ENZYME.
Subhanallah, dengan petunjukNya telah mengantarkan saya untuk berjumpa dengan orang-orang hebat yang mau berbagi ilmu pengetahuan serta pengalaman. Hanya karena atas ijinNya saya dapat terus belajar walau tidak harus melalui bangku sekolah, semoga apa yang telah saya pelajari dapat saya terapkan dan bagikan pada orang lain menjadi sesuatu yang bermanfaat terutama bagi tetangga sekitar yang notabene mayoritas petani.
Selain Eco Enzyme yang dapat diformulakan dengan mudah dan dapat dikatakan gratis yang memiliki banyak manfaat serta kegunaan, ada hal lain dan merupakan hal baru dalam teknik olah pupuk yang memiliki performa luar biasa dalam pertanian, seperti PGPR, PMMP, Bio Multi Fungsi serta masih banyak hal lain yang belum mampu saya pelajari dan praktekkan. Apa yang telah saya tuliskan merupakan sesuatu yang telah saya coba praktekkan untuk menyusun formula tersebut walau belum melakukan uji coba performa secara langsung pada lahan pertanian seperti PGPR (Plant Growth Promotion Rhizobacter) yang baru saja berkenalan.
Satu hal lagi yang menurut saya unik, dan tentu saja formula tersebut sudah dipraktekan oleh sang pencipta formula yang disebut dengan PMMP (Pupuk Murah Meriah Pacong). Formula tersebut dibagi menjadi 2 bagian untuk 2 fase tanaman yaitu Fase Vegetatif (pertumbuhan) dan fase Generatif (pembungaan dan pembuahan). Dikatakan murah meriah karena formula tersebut terbuat dari nasi sisa (nasi basi) yang diformulakan dengan penyedap rasa untuk pupuk fase vegetatif, dan nasi basi diformulakan dengan puder 16 (obat sakit kepala) untuk pupuk fase generatif. Formula campuran tersebut dicampur antara nasi dan bahan masing-masing fase serta didiamkan selama kurang lebih 2 minggu sehingga menjadi tape nasi yang bisa dilihat seperti apa penampakannya bagi yang mau mempraktekkan. Setelah 2 minggu masa pemeraman tape nasi tersebut tinggal ditambah air dan difermentasi ulang kurang lebih 1 minggu sehingga bakteri dan cendawan yang telah terkumpul selama pemeraman nasi dapat berkembang biak lebih banyak. Mudah dan murah bukan? Tentu murah dan mudah namun membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mendapatkannya, bagi yang suka mie instan sepertinya hal ini bisa dianggap ribet.
Sebagai pemula ada rasa greget untuk mencoba praktek dari formula tersebut, tentu dengan alasan penasaran dengan keampuhan seperti yang diterangkan oleh mereka yang telah berpengalaman. Padahal proses boleh sama namun hasil belum tentu serupa. Al hasil bukan cuma satu formula yang dipraktekkan namun satu formula yang lain juga jalan praktek peracikan, yaitu Bio Multi fungsi walau sedikti merubah dari formula yang dijelaskan. Formula yang dipergunakan dengan memanfaatkan ketersediaan bahan dan dana sewaktu melakukan praktek, dengan menerapkan teknik yang serupa. Dengan merebus buah pepaya yang sudah dihaluskan ditambah bekatul, tepung terigu, tepung tapioka, terasi dan tetes tebu. Setelah mendidih rebusan tersebut didiamkan sampai dingin dan ditambahkan kotoran ayam yang baru keluar (belum terkena sinar matahari). Menurut sang formulator resep ini terbukti ampuh mengatasi keasaman tanah gambut di daerah kalimantan menjadi tanah yang subur. Penasaran? Bagi yang penasaran silahkan pahami tulisan ini atau lakukan surfing internet untuk menemukan berbagai informasinya.
Saat ini sudah hampir 2 kali 24 jam proses aerasi, busa yang terdapat pada permukaan campuran semakin banyak dan seakan hampir tumpah. Kelemahan dari formula yang saya campur aduk tersebut adalah bau yang kurang sedap. Bau yang ditimbulkan tidak beda dengan bau tahi kucing (asem kecut gimana) baunya, namun ada kebanggaan tersendiri karena sekalipun belum diaplikasi dalam diri ini ada keyakinan bahwa cairan tersebut memiliki kekuatan luar biasa karena sang formulator bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitar kita agar lebih bermanfaat bukan sekedar menjadi tumpukan sampah yang dapat menimbulkan masalah baru.
Insya Allah dengan niat baik akan memberikan hasil yang baik walau sangat mungkin diawal membutuhkan perjuangan yang cukup berat untuk dapat bersaing dengan pupuk pabrikan yang sudah terasa hasilnya oleh petani dan belum disadari atau tidak diperdulikan dampaknya. Semoga menjadi sesuatu yang bermanfaat khususnya bagi penulis.
