Suara kokok ayam sudah mulai terdengar dari kandang tetangga. Bertanda fajar sudah mulai menyingsing. Gemercik air dari kamar mandi terdengar bertanda sudah ada yang membersihkan diri untuk melakukan ibadah subuh pagi hari ini. Sayup dari jauh mulai terdengar kicauan burung yang mulai bermain dan mengais rejeki dari pohon satu ke pohon yang lain, menambah indahnya suasana pagi hari ini yang masih sepi.
Ku coba melangkah keluar rumah, meskipun rasa kantuk masih terus menyelimuti. Terasa segar udara pagi hari ini, tak ada kabut tipis menyelimuti sehingga tak terasa dingin seperti hari-hari sebelumnya terlihat kabut tipis menyelimuti lingkungan sekitar. Tentu saja udara dingin cukup menusuk tulang meskipun ku coba keluar dari balik selimut sehingga aku tak terlalu larut dalam buaian udara dingin.
Beberapa saat kemudian, dari sebuah masjid yang tidak terlalu jauh sudah terdengar kumandang adzan subuh disusul dari beberapa masjid dan surau lain yang mengajak para kaum muslimin untuk melaksanakan sholat subuh berjemaah. Riuh ajakan dari beberapa musholla dan masjid mengajak untuk sholat berjemaah dengan pengeras suara memberikan kehidupan pagi hari ini lebih bermakna.
Riauh ajakan sepertinya tidak menggetarkan hati untuk melangkahkan kaki ini menuju tempat berwudhu dan memenuhi panggilan dari salah satu tempat yang terdekat. Masih ku terdiam terpesona menikmati suasana pagi hari ini. Entah berapa lama ku menikmati suasana hening ini baru ku langkahkan kaki untuk sekedar berkumur dan membasuh muka yang masih terlihat jelas garis tempat tidur yang membekas pada wajah ini.
Sendiri kutunaikan kewajiban dirumah, semoga bukan merupakan sebuah kesalahan besar karena ku tak datang memenuhi panggilan subuh tadi.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, semburat cahaya mentari sudah mulai menembus awan putih beriring yang melintas di depan sang mentari. Semakin indah ala mini dengan semburat keemasan caha sang mentari. Kicau burungpun semakin rame menambahkan indahnya suasana pagi hari ini. Cerah alam ini, namun hatiku tak secarah alam. Seakan ada yang menggantung dalam hati ini untuk memaksaku untuk terus melamun mencari sesuatu yang menjadikan diri ini seakan tak mampu beranjak dari tempatku bersimpuh tadi pagi.
Mentari sudah mulai meninggi, semburat cahayanya sudah tak ada lagi. Kehangatan sudah mulai terpancar menerpa kulit menembus baju tipis yang masih membalut sisa bangun tidur pagi. Hangat dan indah ditemani secangkir kopi dan kicauan burung pagi hari. Masih tersimpan Tanya apa yang ada dalam hati ini sehingga seakan berat untuk melangkah maju. Terdiam dan membisu dengan kepulan-kepulan asap dan sruputan kopi hangat yang buat pagi ini.
Hemmm… waktunya beraktifitas. Mandi dan gosok gigi baru aku akan melangkah pergi. Tanpa disadari waktu sudah menunjuk angka tujuh, aku pasti datang terlambat.
Pagi sudah berganti siang, mentari semakin ganas memancarkan panas menjadikan apa yang tertimpa seakan terbakar hangus. Keganasannya seakan akan menghanguskan seluruh apa yang ada di muka bumi ini.
Hemmm… aku betul-betul datang terlambat. Waktu sudah siang menjelang sore. Rasa sadarpun tak kunjung tiba. Ku terlena dengan indahnya alam di pagi hari. Ku terpesona dengan kicauan burung di pagi buta tadi. Ku sibuk mencari peneduh siang hari tadi. Tak terasa waktu sore sudah hampir tiba. Baru aku sadar senja akan segera datang. Terlambat untuk segera menyadari. Bahwa segalanya berjalan sebagai anugerah. Tanpa rasa sadar aku telah lupa mensyukuri waktu pagi yang begitu indah. Memanfaatkan waktu siang yang begitu bermanfaat. Ku terlalu asyik dan terpesona dengan indahnya pagi, terlalu sibuk dengan mencari pelindung diri dari panasnya sang mentari.
Aku datang terlambat, tanpa disadari senja akan segera tiba. Semoga menjelang senja masih dapat kunikmati indahnya sore hari seperti indahnya pagi hari walau mungkin tak lagi ada kicau burung serame pagi tadi. Semoga mentari sore masih bisa memberikan kehangatan sehingga aku tak lagi harus sibuk mencari pelindung malam hari yang pastinya akan sangat dingin nanti.
Sebagai penutup artikel kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan para sahabat untuk mengunjungi Blog CITRO MDURO dan membaca tulisan yang bertajuk Aku Datang Terlambat, walaupun bukan tulisan insiratif dan kurang inovatif yang dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca ataupun anda lewat karena tersasar dan terdampar pada tulisan Aku Datang Terlambat. Kami sangat berterima kasih karena anda sudah berkenan walaupun mungkin sangat terpaksa. Silahkan tinggalkan jejak anda untuk menjalin silaturahmi, atau temukan yang anda cari tentang Aku Datang Terlambat dan salam jabat erat dari PAMEKASAN MADURA
27 Jan 2015
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Populer
-
Hanya sebuah judul lagu. Tidak semua orang mengenal lagu yang berjudul Ancor Pessenah Tellor . Sebuah judul lagu dangdut yang pernah popular...
-
Sinonim merupakan persamaan kata, begitu kira-kira istilah dalam bahasa yang pernah saya pelajari walau tidak terlalu melekat kuat dalam mem...
-
Masih tentang seputar racik meracik pupuk dengan pola sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman yang alhamdulillah pada saat ini diberikan kese...
-
Water Soluble. Padahal untuk mengetikan frase awal tersebut harus membuka penerjemah terlebih dahulu untuk mengetahui Larut dalam air secar...
-
Hembusan angin yang cukup kencang menciptakan suasana yang cukup dingin di daerah dataran tinggi kabupaten Pamekasan. Dingin terasa walau ta...