Jam sudah hampir menunjukkan tengah malam, tapi dua lelaki muda itu masih asyik dengan obrolannya. Obralan kesana kemari tak jelas topic pembahasan yang seharusnya. Politik, ekonomi, agama, usaha dan masih banyak permasalahan yang dibicarakan walau tidak jelas ujung pangkalnya. Wong bukan pakar politik, bukan seorang ekonom, juga bukan orang yang alim soal agama dan tidak sedang menjalankan sebuah usaha. Perbincangan tak jelas dan entah kemana arah tujuannya dan hasilnya juga sebatas omong kosong dan hilang ditelap gelapnya malam dalam buaian angin dan larut dalam mimpi masing-masing.
Satu topic yang menjadi hal menarik menurut pengelola Citro Mduro dalam perbincangan tidak jelas tersebut yang hanya menghabiskan beberapa cangkir kopi dan berbatang penghasil asap tanpa harus di dapatkan sebuah kejelasan dari berbagai topic yang dibicarakan. Sebagai kesimpulan tetap atak ada kesimpulan.
Sebuah topic tentang kesuksesan dan orang sukses. Siapa sih sebenarnya orang yang sukses di kampong ini, cetus si A mengawali topic baru tentang kesuksesan dan orang sukses.
Ogah ah, aku tak mau jawab dan menunjuk siapa orang yang menurut saya sukses. Paling-paling ntar juga dibantah ma kamu jawab si B.
Sepertinya perbincangan malam itu bagaikan saling mematahkan pendapat walau tidak seperti dalam sebuah perdebatan antar caleg atau debat presiden yang sering kita tonton di televisi.
Si A mulai menyebut beberapa nama dari yang tergolong memiliki kemampuan financial cukup sampai yang tak tergolong dalam kehidupan garis kemiskinan. Apakah dia, yang sudah memiliki rumah bagus, mobil bagus dan serba baguslah menurut kamu orang sukses, atau dia yang mungkin secara financial tidak memiliki apa yang menjadi standar ukur kesuksesan seseorang secara umum? Tanya si A lagi.
Ogak ah, ntar juga kalau bilang yang itu masih ada bantahan, bilang itu juga ada bantahan. Tapi kalau saya ingat perkataan seorang teman bahwa di kampung ini ada orang sukses. Dan setelah saya amati sekalipun tidak terlalu jauh memang benar juga kata teman itu. Dia bukan tergolong orang kaya, bahkan sangat mungkin dia tergolong orang yang untuk dimakan hari ini harus mencari sekarang, tapi kenapa dia masih sempat untuk berbagi dengan tetangga walau tidak setiap saat. Mungkin beliau bisa dikatakan sebagai orang sukses.
Jadi menurut kamu dia orang yang sukses, Tanya si A. apa yang akan dimakan aja terkadang masih susah. Jadi orang sukses itu rela bersusah diri hanya untuk sekedar berbagi dengan tetangga sekalipun tetangganya tergolong orang yang mampu, begitu???
Auuuukkk, ah… bingung ngomong ma kamu. Selalu dibantah. Ketus si B.
La, katanya kamu ingin sukses. Makanya harus cari contoh dulu seperti apa menurut kita dan menurut orang lain yang dikatakan sebagai orang sukses. Kalau tidak ada tolak ukurnya, kapan kita akan sukses. Maka kita akan selalu gagal dong.
Udah capek, ngantuk aku mau tidur. Kata si B sambil bangkit dari duduknya dan melangkah meninggalkan paseban yang jadi tempat perbincangan malam itu.
Dari sedikit ilustrasi dan ilusi diatas, apa yang menjadi tolak ukur kesuksesan? Harga, kekayaan, jabatan atau hal lain. Nah sebagai penutup dan kesimpulan obrolan malam itu bahwa tidak ada kesimpulan yang dihasilkan. Sebagai penutup artikel kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan para sahabat untuk mengunjungi Blog CITRO MDURO dan membaca tulisan yang bertajuk Bincang – Bincang Tentang Kesuksesan, walaupun bukan tulisan insiratif dan kurang inovatif yang dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca ataupun anda lewat karena tersasar dan terdampar pada tulisan Bincang – Bincang Tentang Kesuksesan. Kami sangat berterima kasih karena anda sudah berkenan walaupun mungkin sangat terpaksa. Silahkan tinggalkan jejak anda untuk menjalin silaturahmi, atau temukan yang anda cari tentang Bincang – Bincang Tentang Kesuksesan dan salam jabat erat dari PAMEKASAN MADURA