19 Jan 2015

Suara Kalam Alam

Hujan mengguyur bumi Pakong persada cukup deras, menjadikan malam ini cukup dingin menyengat ditambah lagi angin bertiup cukup kencang. Haruskah kutarik selimut untuk menghangatkan diri, dan sangat mungkin akan mengantarkan diri ini larut dalam buaian mimpi sesore ini.

Suara air yang tertinggal didedaunan masih jelas terdengar terhempas menerpa dedaunan yang lain seiring dengan hembusan angin malam inj. Suara jangkrik sudah mulai mengslunkan lantunan suara alam memuji rahmat sang pencipta. Tampaknya malam inj akan ada hiburan graris lantunan suara alam bersama memuji sang pencipta.

Haruskah aku menarik selimut dan larut dalam buaian keterlelapan yang tidak jelas kemana arahnya???? Haruskah ku kalah dengan suara-suara lantunan kalam alam memuji mensyukuri rahmat sang pencipta dengan diturunkannya hujan??? Seakan mereka bersorak gembira merayakan rasa syukur atas karunia hujan sore hari ini. Sementara diri ini hanya mampu menarik nafas dalam menahan dinginnya malam imi.

Mereka merayakan kebahagiaan bersama dengan lantunan suara alam memuji sang pencipta, sementara diri ini seakan dinginnya malam ini terasa menyiksa??? Terus kapan kita dapt merasakan senang dengan sesuatu yang mungkin kurang berkenan bagi diri kita. Haruskah kita mengatur Tuhan dengan memberikan sesuai dengan yang kita inginkan, sesuai dengan yang nyaman manurut akal dan pikiran kita.

Pernah timbul sebuah pertanyaan dari diri ini, kenapa kita harus berdoa, meminta apa yang kita inginkan kepada sang pemberi. Sementaa sang kuasa telah mengatur kesemuanya jauh sebelim kita diciptakan. Mengatur segala hal sedetail nungkin tanpa ada yang dapat terlewatkan sedikitpun. Perjalanan kehidupan dunia ini sudah ada skenario lengkapnya, bahkan jika kita merasa melakukan inprovisasi dalam kehidupan hal tersebut merupakan bagian dari skenario yang sudah ada jauh sebelum dunia ini diciptakan.

Jika segalanya sudah diatur sesuai dengan garis yang ditentukan, kenapa kita juga harus berdoa supaya ada perbaikan dari yang telah kita alami dan kita jalani. Apakah bukan merupakan hal yang kurang etis jika berdoa dan meminta, seakan kita mengatur tuhan agar merubah sesuatu yang sudah ditentukan sebelumnya dan hal tersebut terasa tidak nyaman bagi kita. ( Minggu, 18 Januari '15)

(Senin, 19 Januari '15). Wkatupun terua berputar, malam berganti dengan siang. Walau seakan malau-malu, mentari menampakkan wajahnya yang terlihat sayu terhalang awan pagi hari ini. Sedikit terasa hangat pancaran sinar mentari, kicauan burung terdengar menyanyikan lantunan suara alam yanh begitu merdu menambah indahnya suasana sekalipun mentari masih sering bersembunyi dibalik awan.

Sementara diri ini hanya dudk termenung duduk menciptakan awan-awan kecil yang begitu cepat memudar terbawa hembusan angin yang begitu lembut pagi hari ini. Sementara kicauan burung melantunkan kalam alam yang begitu merdu memuji sanh pencipta, memuji sang penguasa alam, sementara hati ini hanya memikirkan hal duniawi tanpa terbersit pujian terhadap sang pencipta. Sebagai penutup artikel kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan para sahabat untuk mengunjungi Blog CITRO MDURO dan membaca tulisan yang bertajuk Suara Kalam Alam, walaupun bukan tulisan insiratif dan kurang inovatif yang dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca ataupun anda lewat karena tersasar dan terdampar pada tulisan Suara Kalam Alam. Kami sangat berterima kasih karena anda sudah berkenan walaupun mungkin sangat terpaksa. Silahkan tinggalkan jejak anda untuk menjalin silaturahmi, atau temukan yang anda cari tentang Suara Kalam Alam dan salam jabat erat dari PAMEKASAN MADURA

Posting Komentar