18 Mar 2014

Tak Layak Disebut Profesional

Beberapa hari terakhir menyaksikan siaran disalah satu stasiun televisi yang cukup terkenal di negeri ini. Sebuah tayangan hiburan hiburan tersebut dengan menampilkan sosok dengan bakat yang dimilik. Sebuah acara bertajuk Bukan Talent Biasa (BTB). Sebuah penilaian dari para juri yang disebut sebagai jutawan atas rasa salutnya pada seorang intertain yang mampu memberikan hiburan sekalipun sebenarnya dia sedang dalam kekalutan. Tanpa menampakkan situasi dirinya untuk memberikan hiburan dan menghibur penonton televisi diseluruh nusantara dan para penonton yang hadir di studio televisi tersebut khususnya.

Professional, begitu yang disampaikan sebagai tanggapan untuk kandidat BTB tersebut. Sedikit tanggapan singkat yang saya pahami dan peroleh dari tayangan tersebut tentang professional. Professional adalah kemampuan dan kesungguhan seseorang dalam menekuni pekerjaan tanpa terpengaruh kondisi apapun sekalipun itu harus bertentangan dengan kondisi dalam diri. Tanggung jawab dan kewajiban yang harus dilakukan sekalipun kondisi hati sedang kalut dan sedih namun harus dapat melakukan suatu pekerjaan dengan baik tanpa harus menampakkan kondisi yang terjadi sebenarnya. Kurang lebihnya seperti itu.

Tak Layak disebut Profesional. Apa kaitan judul dengan kalimat pembuka pada tulisan ini?

Sejak hari jumat kemaren, sebagai salah satu staff di sebuah lembaga pendidikan, saya absen dan tidak melakukan aktifitas sebagai seorang staff. Bahkan julukan yang diberikan dengan sebutan guru juga tidak saya lakukan. Dapat dikatakan membolos untuk beberapa hari. Bahkan untuk hari selasa dan rabu besok saya harus memberikan pembekalan materi kepada siswa yang akan melakukan praktek kerja industry. Namun jadwal hari pertama sudah tidak dapat saya lakukan dengan alasan pribadi. Sebuah alas an yang seharusnya tidak saya lakukan jika saya ingin bekerja secara professional dan berkompeten.

Sebuah alas an sederhana, kebetulan saya sebagai seseorang yang membutuhkan alat bantu untuk menambah rasa percaya diri dalam melakukan kegiatan tersebut, namun setelah hampir 20 tahun alat bantu tersebut ternyata harus mengalami gangguan dan harus diperbaiki sehingga saya tidak dapat bertindak secara professional untuk melakukan tugas dan kewajiban yang diberikan yaitu menyampaikan materi sebagai tambahan bekal dan pengayaan pada siswa/I yang siap untuk berangkat kedunia industry dengan kegiatan yang dinamakan praktek kerja industry.

Itulah sebabnya dalam judul tulisan ini saya menyebutkan Tak Layak Disebut Profesional. Hanya karena alat bantu kaki yang patah dan perlu diperbaiki, saya harus tidak dapat melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang staff dan mendapatkan julukan guru di hadapan para murid serta kawan-kawan sejawat lainnya. Sungguh tak layak dikatakan sebagai orang yang professional dan berkompeten dengan kondisi dan kenyataan yang dihadapi.

He.. he.. sekedar curhat aja dah, tentang kelemahan diri yang semoga saja tidak melemahkan diri dan orang lain, sekaligus apa yang diceritakan pada tulisan terdahulu bahwa tak selamanya harus original. dan ini terjadi pada diri saya pada salah satu bagian diri saya bukan sesuatu yang original. Sebagai penutup artikel kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan para sahabat untuk mengunjungi Blog CITRO MDURO dan membaca tulisan yang bertajuk Tak Layak Disebut Profesional, walaupun bukan tulisan insiratif dan kurang inovatif yang dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca ataupun anda lewat karena tersasar dan terdampar pada tulisan Tak Layak Disebut Profesional. Kami sangat berterima kasih karena anda sudah berkenan walaupun mungkin sangat terpaksa. Silahkan tinggalkan jejak anda untuk menjalin silaturahmi, atau temukan yang anda cari tentang Tak Layak Disebut Profesional dan salam jabat erat dari PAMEKASAN MADURA

Posting Komentar